Tangerangbhayangkaranews24.id, Pulau Cangkir di Desa Kronjo kecamatan Kronjo, sudah dikenal sejak tahun 70 an, dulu Pulau Cangkir ini masih terpisah dengan pemukiman desa, namun sekarang sudah ada akses jalan menuju wisata tempat ziarah makom Syaikh waliyudin pangeran jaga lautan. Sabtu, 13/04/24

tidak cuma sebatas wisata religi, tapi ada juga Object wisata mangrove pulau cangkir yang lokasinya tak jauh dari tempat penziarahan pangeran jaga lautan tersebut, hanya berjarak sekitar ½ KM saja sebelum ke tempat penziarahan, kita sudah dimanjakan dengan pemandangan wisata alam yang sangat mempesona yaitu Object wana wisata ziarah pulau cangkir Wisata Religi.

Wisata Religi Pulau Cangkir Kronjo Tangerang

H. Heru Makdis Adhari selaku Pengelola/Pendiri wisata alam Mangrove Pulau Cangkir (MAPUCA) saat ditanyai awak media ini mengatakan,”Dulu kita ada KSB untuk kelola wisata alam ini, yang sekarang dikenal Komunitas MAPUCA, Ketuanya saya sendiri dan Sekretaris A. Zaenal muttaqin, S.Pd.I., Bendahara Rosyati, dan Anggotanya berjumlah 19 orang sampai sekarang.”Katanya

Wisata alam Mapuca ini, tepatnya berlokasi di Kampung tematik bahari Nusantara, Pulau Cangkir, RT.08/04 Desa Kronjo kecamatan Kronjo Kabupaten Tangerang – Banten.

MAPUCA ini berdiri pada tanggal 6 Agustus 2018, awalnya tempat inikan memang sudah Ramai pengunjung, utamanya untuk melakukan wisata religi yaitu ziarah ke makam Syaikh Waliyudin (Pangeran Jaga Lautan) putra dari Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Makanya pengembangan-pengembangan pun terus dilakukan sampai di dirikan MAPUCA ini,”Ujarnya

Pada tahun 1980 an, Pulau Cangkir ini masih dibilang sepi pengunjung, karena untuk berziarah itu kita harus naik perahu dulu untuk menyebrangi Lautan, nah pas tahun 1992, barulah dibuatkan jalan sehingga akses bisa dilewati motor dan mobil pun masuk bahkan bisa parkir di dekat tempat penziarahannya langsung.

Awalnya pertama kali saya kesini itu diajak Almarhum bapak saya H. Suro, beliau memang seorang mantri perhutani di kabupaten Tangerang, KRPH Mauk, KBKPH Tangerang, dan KPH Bogor, karena waktu itu masih provinsi Jawa Barat.”Kenang H. Heru

Asal muasal mengelola pohon mangrove,”saya dikasih Petunjuk sama Almarhum bapak, “kalau ingin harta Karun yang tersembunyi dibalik hutan Mangrove, kelola tempat pelelangan ikan (TPI) sampai ke Pulau Cangkir,”Ungkap H. Heru mengenang perkataan Almarhum bapaknya.

Benar saja, saat masuk tahun 2010, hati saya tersentuh, karena Pulau Cangkir sudah terancam akan adanya abrasi bibir pantai saat itu, sehingga saya berinisiatif untuk bagaimana cara mencegah terjadinya abrasi tersebut, salah satu upaya yang saya lakukan adalah dengan menanam pohon bakau atau pohon mangrove, ide itu didapat dari sejarah tsunami Aceh pada tahun 2004 silam, satu-satunya pohon yang tidak tumbang waktu itu adalah pohon mangrove tersebut.

Pada saat adanya reklamasi di jakarta (2012), kita bentuk Komunitas Pemuda Bahari Dan Kelautan (PBDK) Sampai 2016, Ketuanya Waktu itu Alm. Hadi Kusnadi beliau sudah meninggal, sekretarisnya saya sendiri,”Ungkap Pria Kelahiran 77 ini

Saya dengan Team PBDK sempat mengundang Menteri KLH yaitu Profesor Doktor Baltasar Kambuaya, beliau hadir langsung ke sini, saya dikasih kalung kembang dan dibuatkan pengedaman didepan gerbang Pulau Cangkir ini sepanjang 800 M² . Waktu itu Pak Menteri KLH mau ngasih Donasi Ban Mobil dari pergerakan seluruh mahasiswa se-Indonesia seperti yang ada di Ancol, tapi saya tolak dan saya minta pengedaman, dan Alhamdulillah beliau memberikan yang terbaik yaitu pengedaman sepanjang 800 M² itu dengan total anggaran sebesar Rp. 1.011.000.000, (Satu Milyar Sebelas Juta Rupiah).

Pada tahun 2016 Alhamdulillah saya dapat program dari pemerintah, yaitu paket liburan 10 bulan ke tanah suci, sehingga saya bisa beribadah haji disana ditahun itu, rekom dari kementrian perindustrian.

Waktu dimekah, saya mendapatkan 2 ijabah yang saya ingat, (1) ijabah kontan, dan (1) ijabah lagi tempo, ijabah kontannya ketika saya memohon pengen di pertemukan dengan orang Indonesia yang deket dengan saya, Alhamdulillah saya langsung ketemu orang Indonesia di arab itu dengan teman satu sekolah dan teman lama saya satu profesi.

Nah, ijabah yang tempo, saya ingat ada Ponakan saya, pengen punya anak perempuan, lalu pada saat saya ziarah ke makam Syaikh Nawawi, disitu saya berdoa kepada Allah agar ponakan saya dikasih anak perempuan, dan Alhamdulillah itupun sudah terkabulkan.

Balik lagi mengenai Wisata MAPUCA, setelah adanya konservasi wisata alam awal 2001, dan sampai 2016, saya langsung membuat saung-saung, mulai target dan fokus menanam pohon mangrove propagul (biji mangrove) jenis mangrove Ryzophora stylosa dan apiculata, dalam satu hari secara rutin sebanyak 50 batang, yang sebelumnya saya tanam di sungai cipasilian sebanyak 5000 polibag pohon mangrove.

Dan salah satu doa saya juga, imbuh H. Heru, “saya pengen ada kegiatan dikampung halaman sesuai skill saya, yaitu pertanian dan peternakan. Sekarang sudah ada semuanya.

Pulang dari Saudi, saya kehabisan uang, akhirnya saya menjual mejikom buat beli polibag 50 kg, untuk 5000 pics pohon mangrove, dan untuk biaya hidup saya dan keluarga, saya sampai harus menjual barang perabotan dirumah,

Untuk Biaya sehari-hari, saya buka tambak, dengan meminta izin untuk menggarap tanah perhutani ini, 1 tahun menanam, tumbuh 10rb batang mangrove, setelah tumbuh subur, ada orang dinas berkunjung pada tahun 2018, namanya homcay pak Latif, Kabid perikanan, itu saya lagi ngurus tambak,

Orang dinas bilang ! “Sini bang ngobrol?! ‘bentar pak kotor, “ini mangrove dapat nanam siapa? Sapa orang dinasnya, ‘Saya pak, “bener sendirian aja?! “gak ada yang gaji atau beli?! “udah akang datang ke tempat saya yah nanti, ‘saya dikasih kartu nama, ‘siap Insya Allah nanti, akhirnya saya ngelumpur lagi tidak menghiraukan, pas dibuka kartu namanya, ada logo kabupaten, seminggu kemudian, barulah saya datang ke kantor dinas perikanan tersebut, dan pas ketemu dengan Pak Latif, beliau bilang, “Ini aktivis lingkungan yang sebenarnya, “saya banyak membina tapi gak ada yg jalan, ini mah modal sendiri, ujar Pak Latif kepada teman-teman sekantornya

Kang haji, pohon mangrove mau saya beli, kalau dipindahkan pasti mati Pak, jawab saya, “berapa per pohon, terserah bapak dari pemerintahan, udah saya beli 2500 perbatang ya dikali 10 ribu pohon.

Saat itulah ekonomi saya Mulai berkembang, dari dinas itu saya juga dibekali ilmu dan PR besar saya adalah bagaimana mencegah terjadinya abrasi di pulau cangkir.

Masih ditahun 2018, saya mendapat project, “gerbang mapan” gerakan pembangunan masyarakat pantai, dari bupati atau Kabidnya waktu itu Bu Retno dari pinggir jalan utama pulau cangkir, sebanyak 10 ribu batang mangrove, dan diketapang juga nanam sebanyak 10 ribu batang mangrove.

Pada saat tahun 2018 sampai dengan 2019, saya terinspirasi dari buah mangrove yang jatuh, saya berinisiatif lagi untuk membuat produk dari bahan buah mangrove, saya ikut UMKM dengan membawa produk sirup dari buah pidada, waktu itu saya ikut ke porsamik, ke Dinas, dikasih arahan legalitas usaha, nib, dan seterusnya.

Alhamdulillah akhirnya saya Banyak membuat produk bermacam-macam, seperti tinta mangrove untuk batik dari buahnya, sendal bakiak dari batang mangrove yang tumbang, sampai ke makanan ringan dan jajanan makanan kering bahkan sekarang sudah ada sabun terbuat dari mangrove.

Ayah dari 5 orang anak ini mengaku ke awak media, dari tahun ke tahun banyak perubahan, sampai akhirnya saat ini di MAPUCA ini, sudah banyak fasilitas penunjang untuk membuat pengunjung merasa nyaman dan merasa puas ketika berkunjung di tempat wisata kami.

Kita punya koperasi juga namanya, koperasi konsumen kebersamaan bahari Nusantara (KOPERASI KKBN), Ada bantuan dari perusahaan juga, berupa kapal pesiar untuk pemberdayaan, kapal kecil sebanyak 9 unit, kapal besar 1, kapal skoci 1, kapal nelayan 1, ada juga bagan jumbo, 1 bagan terdiri dari 3 saung tempat pemancingan pengunjung.

Terakhir sebagai penutup dari kisah Berdirinya MAPUCA, H. Heru Makdis Adhari berharap : Wisata alam ini semakin diminati pengunjung, adanya perkembangan potensi disetiap waktu, lebih nyentrik lagi, ada nilai nasionalismenya, menjadi wisata manca negara, bertambahnya fasilitas seperti arguretum/pusat penelitian tentang get/gerbang, target, livegat, joging track, homestay, destinasi yang lain-lain , adanya kantor aula, gray tempat education, destinasi susur pantai, budidaya kerang hijau, wisata deving, karang gosong, tempat berteduh ikan, pemanfaatan sisa batubara dari PLTU untuk diolah, dan tempat latihan dasar kepemimpinan siswa (LDKS), Potensi Petani tambak dan nelayan, ikan jadi sate bandeng, kerupuk kulit ikan, bakso, gray umkm, dan tentunya produknya dari lokal semuanya.”Tutup H. Heru Makdis Adhari Sang Penyelamat Lingkungan.

H. Heru Makdis Adhari Lahir di Desa Pagedangan Ilir, jl. Raya insinyur Sutami, kecamatan Kronjo pada tahun 1977, Memiliki 5 orang Anak

Cita-cita beliau mendapat: penghargaan Kalfataru, piala anugerah dari RI pusat,

Tanah yang diKelola team MAPUCA seluas sekitar 5 hektar dari total 71 hektar tempat wisata pulau cangkir desa Kronjo kecamatan Kronjo Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Indonesia PT. Perhutani Milik BUMN.

Narasumber : H. Heru Makdis Adhari
Penulis : Ahmad Mujib Kaperwil Banten Bhayangkaranews24.id,

(AM-212)